Dua puluh sembilan.
Jika kau mengira, kejadian perpisahan kita beberapa bulan lalu adalah akhir dari segala cerita, kau salah.
Jika kau mengira, perpisahan yang hanya disetujui oleh satu pihak dan itu dirimu akan berhasil mengusirku, kau salah.
Jika kau mengira, dengan meninggalkanku seperti ini akan membuat aku berhenti menunggu, kau salah besar.
Aku sudah terlanjur membuat janji kepada diriku sendiri untuk tetap menunggu.
Meski tak jarang aku masih memikirkan hari perpisahan itu dan selalu saja berkata 'kalau saja hari itu tak pernah ada'.
Namun apa dayaku? Semuanya sudah terjadi.
Kita sudah terlanjur berpisah tanpa kenal lagi kata searah.
Kau yang begitu jauh untuk ku gapai, sedang mati-matian memikirkan cara untuk mendorongku lebih jauh lagi, mendorongku untuk berada sangat jauh dari dirimu.
Sementara aku disini, berkorban sedemikian rupa, bertahan dan berjuang untuk mengembalikan keadaan seperti semula, untuk menarikmu kembali ke dalam dekapku.
Aku tak lagi memikirkan diriku, aku tak lagi memikirkan seberapa sakit hatiku.
Bahkan, aku tak lagi memikirkan seberapa banyak orang yang berusaha membantuku melupakanmu.
Yang aku tahu, aku hanya ingin bersamamu.
Melihat senyummu saja sudah memberikan kedamaian.
Mendengar tawamu saja sudah membuatku merasa tenang.
Jika mereka harus berusaha keras untuk membuatku tersenyum,
Kau malah selalu membuatku melakukannya tanpa kau harus berbuat apapun.
Aku mencintaimu lebih dari yang engkau, dan mereka semua tahu.
Jika kau mengira, perpisahan yang hanya disetujui oleh satu pihak dan itu dirimu akan berhasil mengusirku, kau salah.
Jika kau mengira, dengan meninggalkanku seperti ini akan membuat aku berhenti menunggu, kau salah besar.
Aku sudah terlanjur membuat janji kepada diriku sendiri untuk tetap menunggu.
Meski tak jarang aku masih memikirkan hari perpisahan itu dan selalu saja berkata 'kalau saja hari itu tak pernah ada'.
Namun apa dayaku? Semuanya sudah terjadi.
Kita sudah terlanjur berpisah tanpa kenal lagi kata searah.
Kau yang begitu jauh untuk ku gapai, sedang mati-matian memikirkan cara untuk mendorongku lebih jauh lagi, mendorongku untuk berada sangat jauh dari dirimu.
Sementara aku disini, berkorban sedemikian rupa, bertahan dan berjuang untuk mengembalikan keadaan seperti semula, untuk menarikmu kembali ke dalam dekapku.
Aku tak lagi memikirkan diriku, aku tak lagi memikirkan seberapa sakit hatiku.
Bahkan, aku tak lagi memikirkan seberapa banyak orang yang berusaha membantuku melupakanmu.
Yang aku tahu, aku hanya ingin bersamamu.
Melihat senyummu saja sudah memberikan kedamaian.
Mendengar tawamu saja sudah membuatku merasa tenang.
Jika mereka harus berusaha keras untuk membuatku tersenyum,
Kau malah selalu membuatku melakukannya tanpa kau harus berbuat apapun.
Aku mencintaimu lebih dari yang engkau, dan mereka semua tahu.
Comments
Post a Comment