Ingat Aku

Tepatnya pukul 4.06,
Ku rogoh saku untuk mengeluarkan ponsel.
Tanganku lincah membuka curahan hatimu yang kau bagi di internet.
Entah apa yang membawaku kesana.

Mataku cepat membaca, menelaah kata demi kata.
Aku memaku untuk beberapa saat, seperti mengingat yang terlewat.
Dadaku terasa panas, darahku mengalir deras.

Otakku mendadak seperti mengingat sesuatu.
Entah bagaimana, cepat sekali melesat ke tujuh tahun lalu.
Irama di telingaku menjadi pendamping yang sempurna.
Ada dentuman cepat di dadaku.

Apa ini?
Tanyaku.
Hening.

Secara mendadak otakku mengarah ke masa depan.
Ada sesuatu dalam hatiku yang mengemis pada Tuhan.
“Tolong biarkan aku jadi ingatan baik dikepalanya”, aku terus menggumam
Tapi tetap, tak ada jawaban.

Ada sesuatu dalam diriku yang mendadak ingin kau ingat.
Akan menyenangkan rasanya jika bisa tahu kau akan terus mengenangku di masa depan.
Aku ingin ada, sebagai ingatan yang bisa selalu ada.

Kita tak pernah tahu kemana hidup akan membawa kita,
Tapi jika nanti, ternyata usaha tetap tak memberi jalan untuk kita bersama,
Biarkan aku tetap ada, sebagai sosok yang kau kenang dan kau senang.
Biarkan aku tetap hidup di sudut kepalamu dan hatimu.

Tetap sisakan saja ruang kecil untuk aku berdiam.
Tempatku bersandar sebagai kenangan yang menyenangkan.
Bila ingatan tentangku menjalar hingga ke hatimu pada pukul dua pagi,
Biarkan ia menjelma sebagai airmata, agar tak sesak kau berhari-hari.

Tenang, aku tak akan membuat permohonan sedang aku tak mengabulkan.
Akupun, dari tempatku, akan terus mengingatmu dan memberi tempat untukmu.
Akan ku biarkan kau menguasai kepalaku sesekali.
Akan ku bebaskan rinduku menggelayat sepanjang malam hingga pagi.

Semoga permohonanku tak memberatkan langkahmu.
Semoga aku tak pernah jadi kenangan buruk ataupun semu.

Atau

Semoga hidup boleh membiarkan kita saling bersandar bersama.
Agar tak perlu repot-repot rindu itu ada.


— Stasiun Bandung, 18/02/18, 04:16

Comments

Popular Posts