Harap yang tersimpan.

Kita pernah berjanji untuk saling bersama.
Kita pernah berkata-kata dengan manis untuk saling menjaga.
Namun rasanya kini semua percuma.
Karena tak ada lagi kita. Tak ada lagi kata bersama.
Seharusnya, rasa sakit ini sudah sembuh.
Seharusnya, hati ini sudah menjadi milik yang lain.
Namun mengapa aku dan hatiku selalu saja mempermasalahkan hal yang itu-itu saja?
Mengapa aku dan hatiku selalu bertentangan dalam hal melupakanmu?
Aku yang begitu ingin melupakanmu.
Dan hatiku yang begitu ingin menantimu.
Sudahlah, tak ada lagi jalan untuk meneruskan atau kembali.
Aku sudah berada dijalan ini.
Sudah terlanjur mengikuti jalur egoku yang memilih untuk mengubur semua harapan itu jauh dalam lubuk hatiku.
Lebih jauh. Lebih dalam.
Sampai-sampai tak ada satupun yang mengira bahwa masih ada secercah harap yang tersisa dihatiku.
Entah harapan yang berbentuk seperti apa, entah harapan yang bagaimana.
Aku tak tahu pasti. Aku pun terus bertanya.
Aku hanya tak ingin meneruskan harapan itu.
Karena sekecil apapun harapan itu, ia akan menjadi besar pada waktunya, bukan?
Maka lebih baik, harap itu ku matikan sejak dini.
Sejak aku melihatmu jauh lebih bahagia tanpa aku dan celotehku.

Comments

Popular Posts