#1
"Tak bisakah ini kita ubahkan lagi?"
"Apa yang perlu kita ubah dari semua ini?"
"Semua. Semua keadaan yang ada, kita tak seharusnya saling menjauh seperti ini."
"Tetapi semuanya sudah terlanjur, aku sudah berada terlalu jauh darimu dan aku tak bisa kembali." katanya sambil terus berjalan membuatku berbicara kepada punggungnya
"Tapi kau pun tahu bahwa jalan kembali itu masih ada. Mengapa tak bisa?"
"Mengertilah, aku pun ingin kembali. Aku pun tahu bahwa harapan untuk kembali itu selalu ada, namun rasanya tak mungkin."
"Mengapa?" setetes air mulai membasahi pipiku
"Aku sudah beranjak terlalu jauh dari pandanganmu, aku tak mungkin kembali lagi."
"Sekalipun aku begitu menginginkanmu kembali?"
"Jangan terus bicarakan rasa itu, jangan buat aku semakin ragu. Aku tak pernah dengan tulusku meninggalkanmu."
Dia membalikkan badannya, menatapku yang kian terisak, mematung di jarak yang kian jauh dariku, dan tak melakukan apapun.
"Kau pergi terlalu jauh. Jangan melangkah lebih jauh lagi, ku mohon."
"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku begitu ingin kembali ke pelukmu, namun sudah ku bilang, itu semua tak mungkin."
"Apa kau pernah mendengar rasa sayang yang lebih dalam dari apa yang ku berikan untukmu? Apa kau pernah menemukan seseorang diluar sana yang memperlakukanmu lebih baik dariku? Apa kau pernah melihat orang yang tanpa rasa malunya menangis di hadapanmu dan memintamu kembali?"
"Tidak."
"Aku tak pernah merasa sebodoh ini dalam mencintai seseorang. Aku hanya tak ingin melepasmu."
"Mengapa? Mengapa kau membuatku terasa begitu berat untuk melangkah lebih jauh?"
"Kau hanya perlu mengerti, aku hanya tak ingin kehilanganmu, karena berapapun banyaknya yang ku temui diluar sana, yang sekiranya bisa menggantikan posisimu, aku tak pernah menginginkan mereka. Mereka tak akan pernah bisa sama dengamu."
"Jangan memaksa mereka untuk menjadi sama denganku."
"Tapi aku tak pernah meminta yang lebih darimu. Aku hanya meminta kamu dan segala kekuranganmu."
"Tolong, biarkan aku pergi."
"Seharusnya memang semudah itu melepaskanmu. Aku tahu, seharusnya aku tak perlu memohon agar kau tetap tinggal disini. Tapi percayalah, aku melakukan semua ini hanya karena aku tak ingin kehilanganmu. Menyakitiku bukan cara untuk membuatku melupakanmu."
"Aku tak pernah merasa ingin menyakitimu, namun aku juga merasa tak bisa membahagiakanmu."
"Aku bahagia di dekatmu, tanpa perlu kau usaha untuk membahagiakanku."
Lelaki itu hanya diam di tempatnya, menimbang apakah ia harus melangkah lebih jauh atau kembali. Sementara aku, aku terus sibuk berkompromi dengan Tuhan agar ia kembali kepadaku.
Lalu aku menyadari satu hal.
Kita saling merindu tapi tak bisa bertemu. Saling mencinta tapi tak bisa bersama.
"Apa yang perlu kita ubah dari semua ini?"
"Semua. Semua keadaan yang ada, kita tak seharusnya saling menjauh seperti ini."
"Tetapi semuanya sudah terlanjur, aku sudah berada terlalu jauh darimu dan aku tak bisa kembali." katanya sambil terus berjalan membuatku berbicara kepada punggungnya
"Tapi kau pun tahu bahwa jalan kembali itu masih ada. Mengapa tak bisa?"
"Mengertilah, aku pun ingin kembali. Aku pun tahu bahwa harapan untuk kembali itu selalu ada, namun rasanya tak mungkin."
"Mengapa?" setetes air mulai membasahi pipiku
"Aku sudah beranjak terlalu jauh dari pandanganmu, aku tak mungkin kembali lagi."
"Sekalipun aku begitu menginginkanmu kembali?"
"Jangan terus bicarakan rasa itu, jangan buat aku semakin ragu. Aku tak pernah dengan tulusku meninggalkanmu."
Dia membalikkan badannya, menatapku yang kian terisak, mematung di jarak yang kian jauh dariku, dan tak melakukan apapun.
"Kau pergi terlalu jauh. Jangan melangkah lebih jauh lagi, ku mohon."
"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku begitu ingin kembali ke pelukmu, namun sudah ku bilang, itu semua tak mungkin."
"Apa kau pernah mendengar rasa sayang yang lebih dalam dari apa yang ku berikan untukmu? Apa kau pernah menemukan seseorang diluar sana yang memperlakukanmu lebih baik dariku? Apa kau pernah melihat orang yang tanpa rasa malunya menangis di hadapanmu dan memintamu kembali?"
"Tidak."
"Aku tak pernah merasa sebodoh ini dalam mencintai seseorang. Aku hanya tak ingin melepasmu."
"Mengapa? Mengapa kau membuatku terasa begitu berat untuk melangkah lebih jauh?"
"Kau hanya perlu mengerti, aku hanya tak ingin kehilanganmu, karena berapapun banyaknya yang ku temui diluar sana, yang sekiranya bisa menggantikan posisimu, aku tak pernah menginginkan mereka. Mereka tak akan pernah bisa sama dengamu."
"Jangan memaksa mereka untuk menjadi sama denganku."
"Tapi aku tak pernah meminta yang lebih darimu. Aku hanya meminta kamu dan segala kekuranganmu."
"Tolong, biarkan aku pergi."
"Seharusnya memang semudah itu melepaskanmu. Aku tahu, seharusnya aku tak perlu memohon agar kau tetap tinggal disini. Tapi percayalah, aku melakukan semua ini hanya karena aku tak ingin kehilanganmu. Menyakitiku bukan cara untuk membuatku melupakanmu."
"Aku tak pernah merasa ingin menyakitimu, namun aku juga merasa tak bisa membahagiakanmu."
"Aku bahagia di dekatmu, tanpa perlu kau usaha untuk membahagiakanku."
Lelaki itu hanya diam di tempatnya, menimbang apakah ia harus melangkah lebih jauh atau kembali. Sementara aku, aku terus sibuk berkompromi dengan Tuhan agar ia kembali kepadaku.
Lalu aku menyadari satu hal.
Kita saling merindu tapi tak bisa bertemu. Saling mencinta tapi tak bisa bersama.
Comments
Post a Comment