#6
Sayang, ada banyak 'halo' di bumi ini, tapi aku memilih yang keluar dari mulutmu.
Suaramu menggema dalam telingaku, seperti terekam dan selalu dimainkan berulang-ulang hingga membuatku hafal caramu mengatakannya.
Lagi-lagi aku menyayangkannya.
Mengapa hanya suaramu yang bisa ku dengar?
Mengapa matamu tak bisa ku lihat secara langsung?
Mengapa tubuhmu tak bisa ku dekap hingga aku bisa menghafal aromamu?
Ada begitu banyak manusia di bumi ini.
Mengapa harus kamu yang berjarak lebih dari lima ratus kilometer dariku?
Aku ingin menatapmu sebentar saja, untuk memastikan rasa itu memang masih ada. Atau setidaknya, ia pernah mendiami hatimu.
Sementara aku sibuk menemukan cara untuk menemuimu, jarak pun semakin sibuk menjauhkanmu dari pandangku.
Aku sudah hampir lelah mengemis kepada Tuhan untuk bisa memelukmu walau sekali saja.
Aku sudah hampir kehabisan tenaga untuk berlari menjauhi angan dan menyadarkan diri dengan takdir yang ada.
Aku sudah hampir kehabisan airmata untuk menangisi keadaan yang meski sudah ku tangisi, tetap tak berpihak padaku.
Namun semuanya hanya hampir.
Aku yang memperkuatnya lagi dengan harapan-harapan yang ada di kepalaku.
Aku berjuang untuk melawan dengan sepenuh kuatku.
Ini hanya demi kita, sayang.
Ku mohon mengertilah inginku ini.
Aku hanya ingin mendekapmu, sekali saja.
Suaramu menggema dalam telingaku, seperti terekam dan selalu dimainkan berulang-ulang hingga membuatku hafal caramu mengatakannya.
Lagi-lagi aku menyayangkannya.
Mengapa hanya suaramu yang bisa ku dengar?
Mengapa matamu tak bisa ku lihat secara langsung?
Mengapa tubuhmu tak bisa ku dekap hingga aku bisa menghafal aromamu?
Ada begitu banyak manusia di bumi ini.
Mengapa harus kamu yang berjarak lebih dari lima ratus kilometer dariku?
Aku ingin menatapmu sebentar saja, untuk memastikan rasa itu memang masih ada. Atau setidaknya, ia pernah mendiami hatimu.
Sementara aku sibuk menemukan cara untuk menemuimu, jarak pun semakin sibuk menjauhkanmu dari pandangku.
Aku sudah hampir lelah mengemis kepada Tuhan untuk bisa memelukmu walau sekali saja.
Aku sudah hampir kehabisan tenaga untuk berlari menjauhi angan dan menyadarkan diri dengan takdir yang ada.
Aku sudah hampir kehabisan airmata untuk menangisi keadaan yang meski sudah ku tangisi, tetap tak berpihak padaku.
Namun semuanya hanya hampir.
Aku yang memperkuatnya lagi dengan harapan-harapan yang ada di kepalaku.
Aku berjuang untuk melawan dengan sepenuh kuatku.
Ini hanya demi kita, sayang.
Ku mohon mengertilah inginku ini.
Aku hanya ingin mendekapmu, sekali saja.
Comments
Post a Comment