#3 - Balon Udara
Langit yang berwarna abu-abu di sudut kota jakarta siang ini.
Aku menaiki anak tangga dan keluar menuju loteng rumahku.
Menatap langit berharap sesuatu yang indah terjadi di bulan ini.
Tinggal menunggu hari menuju pertambahan umurku, dan aku masih belum siap untuk membayangkan apa yang selanjutnya akan terjadi di hidupku.
Hanya seperti balon udara yang ku lihat siang ini, aku ingin terbang.
Hanya seperti balon udara yang ku lihat siang ini, aku ingin bebas.
Pikiranku kemudian melayang, berkhayal hal-hal yang mustahil terjadi.
Aku membayangkan aku bisa terbang, melewati tumpukan awan di atas sana dan mengudara sesukaku.
Aku membayangkan diriku lepas dari sebuah genggaman, lalu dengan bebas melewati apapun yang ada diatas sana.
Dan bayangan terakhirku adalah..
Aku membayangkan aku bisa terbang dan mengarah ke rumahmu.
Menampar pipimu sebagai balasan karena pernah melepasku.
Lalu memelukmu erat sebagai balasan atas rindu yang selalu mengganggu.
Karena bersamamu aku tak ingin terbang sendiri lalu pecah karena gravitasi.
Aku ingin terbang bersamamu, berdua.
Pecah diatas sana berdua. Dan menjadi kepingan yang nantinya hanya bisa dikenang banyak orang sebagai sepasang kekasih.
Aku begitu ingin menghabiskan sisa waktuku bersamamu, sebelum akhirnya aku pecah dan dilupakan banyak orang.
Aku menaiki anak tangga dan keluar menuju loteng rumahku.
Menatap langit berharap sesuatu yang indah terjadi di bulan ini.
Tinggal menunggu hari menuju pertambahan umurku, dan aku masih belum siap untuk membayangkan apa yang selanjutnya akan terjadi di hidupku.
Hanya seperti balon udara yang ku lihat siang ini, aku ingin terbang.
Hanya seperti balon udara yang ku lihat siang ini, aku ingin bebas.
Pikiranku kemudian melayang, berkhayal hal-hal yang mustahil terjadi.
Aku membayangkan aku bisa terbang, melewati tumpukan awan di atas sana dan mengudara sesukaku.
Aku membayangkan diriku lepas dari sebuah genggaman, lalu dengan bebas melewati apapun yang ada diatas sana.
Dan bayangan terakhirku adalah..
Aku membayangkan aku bisa terbang dan mengarah ke rumahmu.
Menampar pipimu sebagai balasan karena pernah melepasku.
Lalu memelukmu erat sebagai balasan atas rindu yang selalu mengganggu.
Karena bersamamu aku tak ingin terbang sendiri lalu pecah karena gravitasi.
Aku ingin terbang bersamamu, berdua.
Pecah diatas sana berdua. Dan menjadi kepingan yang nantinya hanya bisa dikenang banyak orang sebagai sepasang kekasih.
Aku begitu ingin menghabiskan sisa waktuku bersamamu, sebelum akhirnya aku pecah dan dilupakan banyak orang.
Comments
Post a Comment