Tiga puluh lima.

Aku sudah berhenti.
Cerita ini sudah berakhir.
Aku menghentikan penantianku tanpa mempedulikan lagi jawaban itu.
Jawaban yang ku nanti selama ini, yang selalu ku jadikan alasan mengapa aku bertahan.
Aku kehilangan arahku. Maka aku hanya terus berjalan.
Tak lagi mengikuti cahayamu. Tak lagi mengikuti segala permainanmu.
Satu yang ku tegaskan pada diriku saat hatiku berkata aku harus menanti lebih lama, kau sudah berdua dengan yang lain.
Yang mencintaimu sepenuh hatinya seperti juga kamu mencintainya.
Yang kau butuhkan layaknya ia membutuhkanmu.
Yang menemani siang dan malammu.
Yang kini kau panggil dengan sebutan sayang.
Yang menjagamu dengan sebisa mungkin.
Yang menggantikanku di hidupmu.
Yang perlahan menggeser hingga akhirnya membuang namaku dari otakmu.
Aku tak mungkin tetap menunggu sesuatu yang aku sudah tahu pasti jawabannya.
Kini hanya aku dan sisa kenangan itu.
Kau tak perlu khawatir, aku tak mengapa.
Aku masih aku yang kau kenal sejak awal dulu.
Aku masih gadis periang dengan senyum tulus diwajahku.
Tak ada yang berubah, meski itu tanpamu.
Aku hanya ingin kau bahagia, maka aku takkan menyalahkan karena kau telah bersamanya.
"Yang terpenting adalah bahagiamu", batinku.
Aku akan baik-baik saja, seperti kamu yang baik-baik saja tanpaku.
Mungkin memang bukan kamu orangnya.
Mungkin memang kita tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.
Aku tak lagi menunggu, meski aku masih selalu merindu.

Comments

Popular Posts