Pagi.

Sinar mentari mengintip, aku sibuk bersembunyi darinya.
Sepagi ini, aku sudah sibuk dengan pikiran-pikiranku.
Aku memikirkan percakapan kita, aku kembali pada bertahun-tahun lalu, bahkan kembali pada saat kita pertama kali berkenalan.
Sungguh kau tak butuh banyak berusaha untuk membuatku terpesona.
Kini tak ada lagi yang bisa ku lakukan untuk kembali ke masa itu.
Andai saja ada yang bisa aku tukarkan, aku gadaikan, aku berikan untuk kembali ke masa itu. Ke saat bersamamu.
Kini kita punya hidup masing-masing, terpisah jauh dalam ruang dan waktu, aku dengan lelakiku, dan kamu dengan wanitamu.
Tapi bahkan ketika semuanya sudah sejelas ini, ketika semua harap sudah tertutup kenyataan, aku masih saja berkutat pada malam, menyalahkan diriku sendiri, merajut seribu andai dalam benak, menyumpahi diri karna melewatkanmu begitu saja.
Aku menyesal..
Entah penyesalan seperti apa yang Tuhan inginkan dariku untuk membawamu kembali padaku.
Memang salahku, melewatkanmu, menyiakanmu, meninggalkanmu.
Namun sesalku yang menahun ini, tak cukupkah untuk menjadi tiket kembalinya kamu?
Bahkan ketika aku sudah memiliki lelaki yang menjagaiku hingga detik ini, aku masih saja menginginkan kamu, masih saja berharap tangan yang menggenggamku adalah kepunyaanmu.
Bahagiakah kamu disana dengan wanitamu? 
Baik-baik sajakah kamu?
Masih bolehkah aku menyelip diantara pikiran-pikiran malammu?
Aku rindu.
Rindu yang meluas diseluruh hatiku, menyebar diseluruh darahku.
Rindu yang tak habis dimakan detik, diambil menit.
Rindu yang ku sampaikan lewat Tuhan, memaksanya untuk mewakilkanku menjaga ragamu.
Rindu yang tak putus dan tak pupus.
Rindu yang ku selipkan disetiap hela nafasku, seumpama doa yang ku sebut setiap detik.
Semoga kau kembali.
Semoga Tuhan berbaik hati.

Comments

Popular Posts