Rindu.

Tahukah kamu betapa sulitnya menahan perasaan?
Menahan rindu yang terus menggebu, yang bisa jadi sampai menahun.
Menahan keinginan untuk memelukmu, mendekap erat tubuhmu dan menciumi aromamu.
Menatap wajahmu dari jarak dekat, bagai menghafal setiap guratan diwajahmu.
Aku tak bisa melakukan semua itu, bahkan ketika aku dapat melihatmu setiap hari.
Yang aku lakukan malah sibuk menyibak rindu, mengarahkan mataku ke arah lain setiap kali aku tahu kamu ada disekitarku, melangkahkan kaki untuk menjauh setiap kali aku tahu langkahmu mendekat.
Lalu ketika langkahmu menjauh, pandangmu fokus ke arah lain, aku akan menikmati wajahmu tanpa kau ketahui.
Menatapi setiap langkahmu yang terus menjauh.
Menikmati punggungmu yang satu-satunya bisa ku lihat secara leluasa.
Ya, aku menikmatimu hanya sebatas punggung. Hanya sebatas separuh wajahmu yang ku lihat dari satu sisi, kanan atau kiri.
Aku rindu.
Harus bagaimanakah aku mengungkapkannya?
Dinginku ini ku sengaja.
Aku tak ingin memupuk perasaan yang tak seharusnya dikembangkan.
Aku tak ingin mengikat yang tak mungkin ku ikat.
Tapi di sisi lain, aku justru menyayangimu dengan caraku, mencintaimu dengan segala keterbatasanku.
Aku tak tahu bagaimana jadinya jika senyummu itu dimiliki orang lain, jika tatapmu mengalih ke wajah lain, jika genggamanmu mulai erat di jemari lain, jika sikap manismu teruntuk wanita lain.
Aku sungguh tak tahu bagaimana jadinya.
Aku sungguh masih mencintaimu dalam diamku, mengagumimu dalam heningku, menyayangimu dalam sepiku dan mendambamu dalam doaku.

Comments

Popular Posts