Dua puluh.
Aku tak tahu apa yang aku rasakan kini.
Rasanya patah, hancur, menyakitkan.
Ini bukan pertama kalinya aku kehilanganmu, tapi entahlah, rasa sakitnya persis seperti pertama kali aku kehilanganmu.
Ya, mungkin mereka benar. Mungkin aku terlalu mencintaimu.
Terlalu mencintaimu hingga aku lupa bahwa hatiku sakit ketika mengorbankan banyak hal untukmu.
Tapi aku tak mengapa. Aku baik-baik saja.
Aku tak akan menyalahkanmu atau menyalahkan perasaanku.
Entah ini tegar atau bodoh,
Aku tertawa dihadapan banyak dan menangis ketika sendiri.
Takkah kau tahu? Aku setengah mati mencoba untuk sedikit saja agar bisa menjauh darimu.
Aku mengajari hatiku untuk terbiasa tanpamu dan tak berharap apapun lagi.
Tapi kenyataannya, harapan itu masih ada.
Harapan itu terkubur jauh didalam hati kecilku.
Harapan akan kembalinya dirimu. Harapan agar semuanya bisa lebih baik.
Entah mengapa aku terlalu berlebihan padamu.
Jika aku bisa memilih, mungkin aku tak memilih dirimu.
\Namun apa boleh buat, hatiku yang terlah memilihmu. Aku hanya mengikuti kata hati kecilku.
Kini aku bertahan dengan sisa kepingan hati yang masih ku punya.
Bertahan dan menunggu dengan harapan kau akan kembali.
Comments
Post a Comment