Sembilan Belas.
Hai, apa kabar kamu yang dulu selalu aku ceritakan pada sang bintang?
Lama tak saling sapa dan bergurau denganmu.
Kita yang sekarang seperti tak mengenal satu sama lain.
Kita sibuk dengan dunia kita masing-masing. Atau lebih tepatnya, berpura-pura sibuk, ya?
Aku pun begitu. Aku menyibukkan diriku dengan berbagai kegiatan.
Aku tak sibuk, aku hanya berpura-pura sibuk.
Tentu tujuannya hanya satu, menghindari perasaan yang selalu aku rasakan setiap mengingatmu dalam diam.
Jadi aku berusaha sebisaku untuk tidak diam agar perasaan itu tak terus muncul dalam benakku.
Walau ternyata aku salah ya, buktinya perasaan itu masih bisa muncul ketika aku berdiri di tengah keramaian.
Perasaan sakit yang selalu muncul secara tiba-tiba, mengingat seperti apa sekarang aku dan kamu.
Mengingat semua rasa pedih yang menggerogoti. Mengingat saat kehilanganmu.
Entahlah, aku hanya ingin berhenti.
Karena sesungguhnya aku benci merasa seperti ini.
Merasakan rindu yang luar biasa, mengingat setiap hal yang pernah kita lewati.
Dan kemudian harus memaksa diriku untuk sadar, bahwa kau bukan milikku lagi.
Atau yang lebih menyakitkan, kau tak pernah benar-benar ku miliki.
Kita ada di benua yang sama, tapi mengapa sekarang serasa kita berasa di planet yang berbeda?
Kita jauh. Sangat jauh. Terlalu jauh bahkan untuk sekedar saling sapa.
Aku terus memaksa diriku untuk berhenti menunggu. Tapi hati ini tak bisa berbohong, ia tetap menanti..
Lama tak saling sapa dan bergurau denganmu.
Kita yang sekarang seperti tak mengenal satu sama lain.
Kita sibuk dengan dunia kita masing-masing. Atau lebih tepatnya, berpura-pura sibuk, ya?
Aku pun begitu. Aku menyibukkan diriku dengan berbagai kegiatan.
Aku tak sibuk, aku hanya berpura-pura sibuk.
Tentu tujuannya hanya satu, menghindari perasaan yang selalu aku rasakan setiap mengingatmu dalam diam.
Jadi aku berusaha sebisaku untuk tidak diam agar perasaan itu tak terus muncul dalam benakku.
Walau ternyata aku salah ya, buktinya perasaan itu masih bisa muncul ketika aku berdiri di tengah keramaian.
Perasaan sakit yang selalu muncul secara tiba-tiba, mengingat seperti apa sekarang aku dan kamu.
Mengingat semua rasa pedih yang menggerogoti. Mengingat saat kehilanganmu.
Entahlah, aku hanya ingin berhenti.
Karena sesungguhnya aku benci merasa seperti ini.
Merasakan rindu yang luar biasa, mengingat setiap hal yang pernah kita lewati.
Dan kemudian harus memaksa diriku untuk sadar, bahwa kau bukan milikku lagi.
Atau yang lebih menyakitkan, kau tak pernah benar-benar ku miliki.
Kita ada di benua yang sama, tapi mengapa sekarang serasa kita berasa di planet yang berbeda?
Kita jauh. Sangat jauh. Terlalu jauh bahkan untuk sekedar saling sapa.
Aku terus memaksa diriku untuk berhenti menunggu. Tapi hati ini tak bisa berbohong, ia tetap menanti..
Comments
Post a Comment