Dua belas.
Bukan cinta namanya jika ia gampang diruntuhkan atau dihilangkan.
Namun apa namanya jika terus bertahan meski berkali disakiti? Bukankah kedengarannya bodoh?
Ya, memang bodoh sekaligus manis. Aku menikmati setiap perih yang kau berikan.
Aku jadikan semua sakit ini sebagai landasan agar aku berdiri lebih kuat lagi.
Agar aku tetap bertahan disini, mencintaimu.
Memang tak mudah medan yang ku lalui, banyak rintangan dari sekitarku yang terus memaksaku untuk mundur. Tapi tidak, aku tetap bertahan.
Sebenarnya aku hanya belum ingin meninggalkan semuanya, meski sekarang semuanya sudah terungkap jelas ke telingamu, namun belum satu patah kata pun yang ku terima.
Aku menunggu. Masih menunggu. Tetap menunggu.
Menunggu setidaknya sampai aku tahu jawaban atas gundahku yang hadir di setiap malamku.
Jika memang aku harus meninggalkanmu, aku ingin meninggalkanmu dengan ikhlas, bukan dengan sejuta tanya yang masih menggantung.
Namun jika kau hanya diam, bagaimana bisa aku tahu apa yang kau pikirkan tentangku?
Jangan pernah pungkiri perasaanmu sendiri, jangan melawan kata hatimu.
Justru aku bertahan sejauh ini, karena aku tak ingin melawan kata hatiku sedikitpun.
Karena ku rasa percuma, dengan lelaki manapun aku menjalin hubungan itu, bayangmu tetap mengikuti di bawah kakiku. Hingga akhirnya aku menyerah dan kembali lagi pada bayanganmu.
Aku tak bisa menjadikan banyak pria sebagai pelampiasan, namun aku juga tak mampu membuatmu untuk sedikit saja menoleh ke arahku.
Memang tidak ada yang bisa disalahkan dari semua kejadian ini.
Hanya saja aku berharap ada sedikit keajaiban yang menghampirimu, membukakan pintu hatimu yang lama tertutup dan membiarkan aku masuk, merapikan tempatku dan menetap disana untuk waktu yang lama.
Namun apa namanya jika terus bertahan meski berkali disakiti? Bukankah kedengarannya bodoh?
Ya, memang bodoh sekaligus manis. Aku menikmati setiap perih yang kau berikan.
Aku jadikan semua sakit ini sebagai landasan agar aku berdiri lebih kuat lagi.
Agar aku tetap bertahan disini, mencintaimu.
Memang tak mudah medan yang ku lalui, banyak rintangan dari sekitarku yang terus memaksaku untuk mundur. Tapi tidak, aku tetap bertahan.
Sebenarnya aku hanya belum ingin meninggalkan semuanya, meski sekarang semuanya sudah terungkap jelas ke telingamu, namun belum satu patah kata pun yang ku terima.
Aku menunggu. Masih menunggu. Tetap menunggu.
Menunggu setidaknya sampai aku tahu jawaban atas gundahku yang hadir di setiap malamku.
Jika memang aku harus meninggalkanmu, aku ingin meninggalkanmu dengan ikhlas, bukan dengan sejuta tanya yang masih menggantung.
Namun jika kau hanya diam, bagaimana bisa aku tahu apa yang kau pikirkan tentangku?
Jangan pernah pungkiri perasaanmu sendiri, jangan melawan kata hatimu.
Justru aku bertahan sejauh ini, karena aku tak ingin melawan kata hatiku sedikitpun.
Karena ku rasa percuma, dengan lelaki manapun aku menjalin hubungan itu, bayangmu tetap mengikuti di bawah kakiku. Hingga akhirnya aku menyerah dan kembali lagi pada bayanganmu.
Aku tak bisa menjadikan banyak pria sebagai pelampiasan, namun aku juga tak mampu membuatmu untuk sedikit saja menoleh ke arahku.
Memang tidak ada yang bisa disalahkan dari semua kejadian ini.
Hanya saja aku berharap ada sedikit keajaiban yang menghampirimu, membukakan pintu hatimu yang lama tertutup dan membiarkan aku masuk, merapikan tempatku dan menetap disana untuk waktu yang lama.
Comments
Post a Comment