Sembilan.

Aku tidak pernah bermimpi bisa menyayangimu seperti saat ini.
Khayalan tentangmu sudah banyak, bahkan terlalu banyak dalam benak ini.
Yang aku tahu, aku mengagumimu dengan begitu hebatnya. Rasa kagum yang kemudian berkembang menjadi cinta.
Beberapa cinta diluar sana berakhir bahagia, beberapa lainnya berakhir terluka, dan sisanya hanya berakhir dalam dada tanpa mampu berkata.
jika ia mencintai yang lain, lalu aku bisa apa? Protes? Cemburu? Tidak ada hak.
Karena bagaimanapun, cinta itu belum pernah terungkap.
Memang benar, beberapa hal haruslah diungkapkan baru dapat dimengerti.
Namun siapa yang bisa menyalahkan jika saat menatap matamu, semua persendianku melemah dan kata-kata yang sudah ku rangkai sebelumnya tiba-tiba buyar pergi dari otakku? Lidahku kelu.
Lalu sekarang harus apa? Maju, mundur, atau malah diam ditempat?
Bagaimana jika setelah aku mengatakannya, ia malah pergi menjauh?
Bagaimana jika aku mencoba melupakannya, tapi ternyata ia punya perasaan yang sama?
Kini aku hanya diam ditempat, memandangi harapan yang kian hari kian menumpuk.
Berharap agar kau mengatakannya, agar kau memberi satu pertanyaan indah yang sudah pasti ku jawab dengan lengkungan senyum indah.
Hari ini aku awali dengan memikirkanmu, dan sudah pasti ini akan berlangsung hingga malam nanti aku terlelap.
Aku mencintai dirimu, yang sebenarnya aku pun tak tahu bisa atau tidaknya aku memilikimu.
Aku tidak pernah keberatan jika kau memintaku menunggumu. Tidak pernah.
Dan jika nanti kau membaca ini, mungkin aku masih memikirkanmu dengan perasaan yang menggebu-gebu.
Atau mungkin...aku mulai lelah dan berhenti berharap serta melupakan semua tanya yang menggantung di otakku.
Dan terhitung hari ini, aku masih mengharapkanmu layaknya aku berharap sejak pertama kali aku mengenalmu..

Comments

Popular Posts